Kisah Perjuangan Veteran RI : Soepranoto Yang Masih Hidup Hingga Kini
"Bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa pahlawannya" Kalimat yang tegas diujar dari Bung Karno, sang Bapak Proklamator pada saat peringatan hari pahlawan tanggal 10 November 1961 yang hingga kini terus diagung-agungkan. Hari pahlawan akan menjadi peristiwa tepat untuk menguatkan ingatan sekaligus tanda hormat juga pernghargaan terhadap jasa para pahlawan.
Ada berbagai macam cara untuk mengenang jasa-jasa para pejuang, namun saya akan mengekspresikannya lewat artikel kali ini, sederhana namun penuh kesan yakni lewat pameran foto wajah-wajah pejuang bangsa dalam memerdekakan negara kita Indonesia tercinta.
AGEN POKER
Wawancara kali ini bersama dengan Korps Veteran RI yang rela kehilangan beberapa bagian anggota badannya juga menjadi difabel dalam berupaya membela kehormatan serta martabat bangsa.
Semoga pengorbanan pahlawan-pahlawan kita yang sudah gugur dan yang masih hidup berada ditengah-tengah kita menjadi sebuah kenangan yang hidup disepanjang masa ini.
Sekarang saya akan coba mengingatnya walau sudah lewat dari hari pahlawan, yuk simak yang berikut ini:
Soepranoto - 91 Tahun |
Perjuangan rakyat juga tentara Indonesia dalam merebut kemerdekaan tak berhenti di 17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan tidak serta merta akan membuat penjajah hengkang dari tanah air kita Indonesia tercinta. Ribuan dari tentara Indonesia selama lebih dari empat tahun bekerja keras untuk melindungi kedaulatan negara sampai pada akhirnya negara Belanda mengakui keberadaan NKRI.
Soepranoto Prawirosastro adalah saksi hidup dari perjuangan yang penuh dengan pengorbanan ini.
Soepranoto yang saat ini sudah berumur 91 tahun berasal dari daerah Genteng, Banyuwangi. Beliau bergabung dengan tentara Indonesia serta terjun kedalam perang revolusi kemerdekaan RI pada tahun 1945-1949.
Soepranoto yang saat ini sudah berumur 91 tahun berasal dari daerah Genteng, Banyuwangi. Beliau bergabung dengan tentara Indonesia serta terjun kedalam perang revolusi kemerdekaan RI pada tahun 1945-1949.
Soepranoto sudah banyak sekali makan asam garam pertempuran. Dari Surabaya, Malang hingga Irian Barat. Dia juga pernah tertembak dalam baku hantam sebanyak dua kali oleh Belanda. Pada Mei tahun 1949 di Surabaya, pasukan Soepranoto terkepung oleh pasukan Belanda yang pada saat itu membawa dua mobil tank.
Seusai baku tembak, Soepranoto langsung diancam untuk menyerah dengan ditodongkan senjata api, namun ia menolak dan sejurus kemudian tentara Belanda pun langsung menembak tangan Soepranoto.
"Tuhan masih melindungi saya. Saya dan dua orang lain masih selamat. Dan saat itu hujan lebat lalu kami berhasil kabur melewati sungai. Saya mengangkat tangan agar tidak terkena air. Akhirnya kami sampai dimarkas dan dapat ditandukan" Ujarnya.
Ternyata nasih na'as belum juga menjauh darinya. Tak lama dari pelarian, Soepranoto kembali berpapasan dengan tentara Belanda. Posko mereka pun diserang dengan tembakanan meriam dan untungnya dia masih lolos.
"Sayapun tertembak lagi ditangan. Ada pun satu tulang yang hancur menjadi 11 bagian. Itu lebih sakit ketimbang terkena peluru"
Soepranoto juga pernah diculik oleh tentara Belanda, tapi berhasil lolos.
Hati yang terluka saat peperangan
Selama peperangan, Soepranoto kehilangan banyak sekali teman seperjuangannya, teman yang yang sangat dekat melalui semua hal yang dilakukan bersama-sama, mulai dari makan sayur ares sampai keluar masuk hutan. Namun itu bukan hal yang paling membuatnya sedih selama berjuang dalam ujarnya.
"Yang paling menyedihkan adalah saat kami sedang mengejar Belanda, namun ternyata ada rakyat yang memberontak melawan kami" ujarnya.
"Kami pernah dikepung lebih dari 50 orang, namun dikarenakan kami lebih ebrsenjata maka kami masih selamat. Kamipun sadar, mereka masih Rakyat Indonesia, hingga kami mengampuni mereka" imbuhnya.
Rakyat yang berkhianat terhadap tentara republik itu menurutnya hanya sebagian kecil saja dibanding dengan mereka yang sukarela membantu perjuangan.
"Kami punya pistol, namun mereka masih banyak yang memakai bambu runcing. Perjuangan merekapun tak sia-sia walaupun bukan tentara. Yang membuat sedih, dikarenakan mereka bukan tentara, mereka tak dilindungi hukum internasional. Tentara jika ditangkap akan dijadikan tawanan perang, namun rakyat yang biasa boleh ditembak mati" ujar Soepranoto dengan raut sedih.
Saat perang sudah usai
Soepranoto menjadi saksi hidup perjuangan bangsa Indonesia didalam merebut kemerdekaan serta menjaga kedaulatan. Atas jerih payah, dia mendapatkan berbagai macam penghargaan, termasuk bintang gerilya. Kini dia menikmati pensiunnya semenjak tahun 1972.
Perjuangan Soepranoto tak berhenti sampai disitu saja.
Dia kini menjaga Korps Cacad Veteran Republik Indonesia dan mengadvokasikan pengenalan sejarah bagi masyarakat umum terutama mengenai perang 1945-1949 yang sering terlupakan.
Seopranoto tinggal di JAkarta semenjak tahun 19999, yang membuat miris sampai kini beliau tak punya rumah pribadi. Dia memilih tinggal dikantor Korps dan memakai hartanya untuk mendidik generasi penerus.
"Saya baru menjual mobil seharga 90juta rupiah untuk membeli marmer onyx buat pembangunan monumen bela negara di Malang". ujarnya. "Pemerintah sudah enam tahun ini tidak memberikan dana kegiatan rutin pada Korps, walau ada undang-undangnya"
Soepranoto pun punya harapan besar bagi generasi muda. Walau ada segelintir anak muda nakal, menurutnya jauh lebih banyak yang berjuang untuk memerdekakan Indonesia demi Indonesia yang lebih baik.
"Anak muda sekarang memiliki tanggung jawab untuk mengisi jabatan-jabatan untuk meningkatkan ekonomi NKRI" ujarnya.
Tidak ada komentar: