Bikin Adem, 3 Sikap Guardiola Ini Layak Dicontoh Semua Pelatih

INSPIRASI TIME - Manchester City sepertinya tahu "kunci jawaban" mengalahkan Arsenal. Hanya dalam waktu lima hari, City dua kali mengalahkan Arsenal. Beda pertandingan, tapi sama skornya. Setelah Minggu (25/2/2018) lalu City menang 3-0 atas Arsenal di final Carabao Cup, dini hari tadi City kembali menang dengan skor sama.



City yang berstatus tamu, menang 3-0 atas Arsenal di Emirates Stadium pad apekan ke-28 Liga Inggris, Jumat (2/3/2018) dini hari tadi. Kemenangan ini membuat City semakin dekat dengan gelar juara Liga Inggris. Namun, yang keren dari pertandingan ini bukan hanya soal cerita kemenangan itu.

Tetapi bagaimana sikap empati yang ditunjukkan pelatih City, Pep Guardiola terhadap manajer Arsenal, Arsene Wenger yang semakin tertekan pasca kekalahan ini.

1. Memberi dukungan moral untuk Wenger


Kontrak Arsene Wenger sejatinya baru berakhir di akhir musim 2017/18 setelah di musim lalu mendapatkan perpanjangan satu musim. Namun, kekalahan 0-3 dari Manchester City membuat Wenger yang sudah melatih Arsenal sejak 1996, kini diambang pemecatan sebelum kompetisi berakhir.

Media-media Inggris bahkan sudah memunculkan beberapa nama pelatih pengganti seperti pelatih Timnas Jerman, Joachim Loew, pelatih Timnas Belgia, Roberto Martinez hingga pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim seperti dikutip dari telegraph.co.uk. 

Pep Guardiola lantas buka suara terhadap situasi yang tengah dihadapi Wenger. Menurut Guardiola, sebagai orang yang berprofesi sama, dirinya sangat memahami suasana kebatinan yang dialami Wenger. Bahkan, sebelum pertandingan dini hari tadi, Guardiola sudah memberikan dukungan moral kepada pelatih asal Prancis berusia 68 tahun itu.

"Saya selalu mendukung kolega saya.Saya berada pada sisi yang sama dengan Wenger," ujar Guardiola dikutip dari sportskeeda.com.

2. Anggap sesama pelatih tak perlu saling kritik


Guardiola menjadi orang pertama yang memberikan dukungan moral untuk Wenger. Menurut Guardiola, sebagai kolega yang berprofesi sama, sudah seharusnya sesama pelatih saling mendukung. Terlebih, ketika tim meraih hasil buruk, pelatih menjadi sosok tunggal yang paling disalahkan.

"Percaya saya, ketika menjadi pelatih, kamu akan merasa kesepian karena ada banyak tekanan yang kau rasakan. Saya sangat paham itu," ujar Guardiola.

Karenanya, pelatih yang pernah meraih lima gelar dalam satu musim ketika melatih Barcelona di musim 2008/09 ini mengaku heran bila ada manajer/pelatih yang gemar mengkritisi pelatih klub lainnya. Padahal, mereka sama-sama pelatih yang kapan saja bisa terancam pemecatan.

"Sulit bagi saya mengerti ketika ada manajer yang menggunakan profesinya untuk menyerang dengan mengritisi manajer lainnya. Padahal, kami merasakan hal yang sama. Ketika kami menang, ketika kami kalah, kami menerima opini fans dan semua orang. Kami seolah merasa sendiri," ujar Guardiola seperti dikutip dari mirror.co.uk.

3. Sesama pelatih harusnya dekat satu sama lain


Sebelumnya, Wenger menyebut dirinya tidak tahu masa depannya akan seperti apa menyusul rumor pemecatan dirinya yang semakin membesar. Dalam sebuah wawancara, Wenger mengaku hanya seorang pekerja sehingga bukan dirinya yang menentukan masa depannya seperti dikutip dari uk.sports.yahoo.com.

Pernyataan itu ada benarnya. Di era sepak bola kekinian, seorang pelatih memang tidak lebih dari sekadar 'pekerja' di sebuah perusahaan bernama klub sepak bola. Nasib mereka bergantung prestasi klub. Bila prestasi klub bagus, dia akan mendapatkan reward.

Sebaliknya, bila tim dianggap meraih hasil buruk, pelatih harus siap dipecat. Guardiola mengaku merasakan hal yang sama dengan Wenger. Sepanjang kariernya melatih, dia juga pernah merasakan tekanan luar biasa.

Utamanya di saat-sat terakhir melatih Barcelona ketika gagal jadi juara liga di musim 2011/12. Ataupun ketika tiga musim (2013-2016) gagal membawa Bayern Munchen jadi juara Liga Champions meskipun sukses menjadi juara Bundesliga Jerman.

"Saya ingin bilang kepadanya bahwa saya juga ada di posisi sama sepertinya. Saya paham apa yang dia rasakan karena saya pernah mengalaminya. Apa yang terjadi pada dia, bisa terjadi pada saya di masa mendatang. Ketika kami menang, saya bagus, Arsene Wenger tidak menang, dia dalam situasi buruk. Semua orang mengerti bagaimana perasaanmu ketika kamu kalah," sebut Guardiola.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.