Beragam Alasan Unik Orang Membenci Valentine's Day
INSPIRASI TIME - Valentine's Day, atau Hari Valentine, atau Hari Kasih Sayang, diperingati oleh setiap orang yang meyakini pada 14 Februari. Hari itu dirayakan dengan memberi hadiah kepada orang-orang yang dianggap istimewa. Namun, seperti banyak hal di dunia, Valentine's Day juga tak lepas dari berbagai kontroversi.
1. Pakistan mengharamkan Valentine's Day karena dianggap tak sesuai budaya lokal
Melalui Twitter, badan pengatur dan pengawas media elektronik Pakistan atau PEMRA menyatakan bahwa Hari Kasih Sayang bersifat haram. Mereka menegaskan larangan penyiaran segala hal berbau Hari Valentine baik melalui siaran televisi maupun radio.
Larangan itu sejalan dengan perintah pengadilan Pakistan. Dikutip dari Al Jazeera, pada 2017 lalu seorang warga bernama Abdul Waheed meminta pengadilan untuk melarang perayaan Valentine's Day karena momen itu dijadikan saat menyebarkan "cacat moral, kepolosan telanjang serta perilaku tak sopan".
Pada 13 Februari pengadilan memutuskan "tak boleh ada acara di level resmi atau di ruang publik" yang berkaitan dengan Valentine's Day. Presiden Pakistan, Mamnoon Hussain, berkata bahwa Hari Valentine "tak ada kaitannya dengan budaya kita dan harus dihindari".
2. Di Indonesia, ajaran agama menjadi alasan pelarangan Valentine's Day
Sudah bukan rahasia jika Hari Valentine menjadi problematika tersendiri di Indonesia. Setiap tahun selalu ada pernyataan dari pemerintah maupun organisasi masyarakat dan keagamaan yang mengharamkan perayaan itu. Seperti dilaporkan Reuters pada Februari 2017 lalu di Makassar.
Kepolisian setempat kala itu menggeledah sejumlah minimarket dan menyita kondom yang dijual. Alasannya adalah untuk mencegah remaja berhubungan seksual ketika Hari Valentine. Kemudian, Pemerintah Kota Surabaya juga sempat menginstruksikan sekolah-sekolah untuk melarang para siswa bertukar kado pada hari tersebut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang sering jadi rujukan para Muslim konservatif menegaskan bahwa Valentine's Day itu haram. Melalui sejumlah fatwa, mereka menilai perayaan tersebut merusak moral karena tak sesuai dengan ajaran dan budaya Islam.
3. Ada yang membenci Valentine's Day karena tak ada kejelasan sejarah
Masih banyak orang yang tak mengetahui dengan jelas sejarah dari Valentine's Day. Begitu mempelajarinya, mereka merasa semakin tidak menyukai momen tersebut. History.com menuliskan bahwa salah satu cerita di balik Hari Kasih Sayang diawali oleh keterlibatan Kekaisaran Roma dan Gereja Katolik di Vatikan.
Ada satu pendeta bernama Valentinus yang hidup pada abad ketiga. Ia tak mematuhi perintah Kaisar Roma saat itu, Claudius II, untuk tak menikahkan para pemuda karena mereka harus berperang. Pendeta itu pun dieksekusi mati. Mitos lain menyebutkan Hari Valentine adalah upaya Gereja Katolik Roma "mengkristenkan" festival Pagan bernama Lupercalia.
4. Konsumerisme menjadi faktor berikutnya mengapa ada pembenci Hari Valentine
Bisnis yang mengeksploitasi rasa cinta masih sangat laku. Menurut survei badan ritel nasional miliki Amerika Serikat, NRF, pada 2018 ini 55 persen warga di sana bersedia mengeluarkan uang hampir Rp 2 juta per orang untuk Hari Valentine. Produsen kartu ucapan, cokelat, perhiasan serta pelaku industri kuliner meraup untung besar di momen ini.
Peter N. Stearns dalam bukunya yang berjudul Consumerism in World History menyebutkan Hari Valentine "memiliki perangkat komersialnya sendiri" dan bahwa "konsumerisme mempengaruhi upaya untuk mencuri hati orang lain". Valentine's Day menjadi saat di mana pelaku ritel berperan dalam sebuah hubungan yang seharusnya privat.
5. Ada pun yang merayakan Hari Valentine meski dengan keterpaksaan
Pernah mendengar kalimat "kasih sayang seharusnya diberikan setiap hari"? Ya, ada juga yang menilai Valentine's Day sebagai hari yang tak masuk akal dan tak ada artinya. Menurut seorang profesor pemasaran dari University of Texas, Angeline Scheinbaum, tak sedikit orang yang terpaksa merayakan Valentine padahal membencinya.
Dalam Journal of Business Research, Scheinbaum menemukan hasil survei bahwa 63 persen laki-laki dan 31 persen perempuan memberi kado kepada pasangan bukan karena kasih sayang, melainkan kewajiban. Scheinbaum menyimpulkan orang-orang terpaksa mengeluarkan uang ekstra karena tahu pasangannya akan melakukan hal serupa.
6. Jepang punya asosiasi laki-laki pembenci Valentine's Day yang dibentuk karena rasa patah hati
Hari Valentine yang dianggap sebagai momen memamerkan kemesraan rupanya menyakiti pihak-pihak tertentu, di antaranya adalah para laki-laki di Jepang. Seperti dilaporkan BBC, Aliansi Revolusioner Para Pria yang Dianggap Tak Menarik Oleh Wanita atau Kakuhido menentang habis-habisan perayaan Hari Kasih Sayang.
Setiap tahun menjelang tanggal 14 Februari mereka mengadakan protes di Tokyo sembari membawa spanduk raksasa bertuliskan "Hancurkan Hari Valentine". Ini karena mereka merasa pamer kemesraan di ruang publik "menyakiti hati mereka". Bahkan, menurut mereka, "berciuman di depan umum adalah tindakan terorisme".
"[Hari Valentine] adalah sebuah konspirasi oleh orang-orang yang berpikir para pria tak menarik itu inferior, atau pengecut-seperti berpelukan di tempat umum, itu membuat kita merasa buruk. Tidak bisa dimaafkan!" kata seorang perwakilan asosiasi tersebut.
Tidak ada komentar: